CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 30 November 2011

Habits if there is no work



Kalo lagi baseen sama gaada kerjaan , biasanya ini nihh kejaan gue hhehehe :p

"Anak yang tidak dekat dengan orang tua"

Sebuah pertaruhan yang sangat berat, antara meninggalkan perkerjaan atau memilih mengasuh anak-anak. Jika salah satu ditinggalkan maka akan terjadi ketimpangan. Problem seperti itu merupakan masalah begi sebagian besar orang tua tunggal. Namun anda tidak perlu khawatir sebab masalah apapun pasti ada jalan keluarnya. Yakinlah anda bisa dekat dengan anak-anak. Tetapi bukan jalan terbaik bila mengatasi masalah itu harus meninggalkan pekerjaan, terlebih anda merupakan sumber utama keuangan keluarga. Akan lebih baik bila anda mengajukan pindah ke kantor yang lebih dekat dengan rumah anda, sehingga waktu berangkat dan pulang tidak banyak terbuang di jalan. Pagi hari anda masih bisa menyiapkan makanan dan sore hari bisa segera bertemu anak-anak. Jika cara itu tidak mungkin bisa dilakukan, sempatkan diri sering menelepon ke rumah. Cobalah dengan komunikasi sederhana, misalnya menanyakan keadaan dan aktivitas mereka hari ini. Pada saat itu tanyakan kesulitan yang dihadapi dan berusahalah mencarikan jalan keluarnya. Hindari marah-marah melalui telepon. Bila terjadi, anak menjadi ketakutan dan malas menerima telepon dari orang tua. Selanjutnya agar pengasuh tidak dominant, sebaiknya anda menetapkan aturan bagi anak-anak dan pengasuh. Dengan demikian diharapkan konsistensi aturan yang dijalankan pengasuh dan anda sama sehingga anak-anak tidak mengalami keraguan untuk melaksanakan atau mematuhi baik saat dengan pengasuh maupun saat bersama dengan anda. Keadaan ini tentu akan sangat membantu anda untuk tetap dapat mengendalikan tata kehidupan dalam keluarga meski pun anda tidak banyak memiliki waktu untuk anak-anak. Saat ada waktu luang usahakan bersama anak-anak. Kebersamaan dengan anak-anak akan lebih terasa jika anda mampu terlibat secara total bersama mareka. Kebersamaan itu tidak hanya dalam masalah fisik, misalnya seharian bercengkerama dengan anak, tetapi juga secara psikologis. Pendekatan psikologis akan tercapai jika orang tua mampu memahami kebutuhan-kebutuhan anak, misalnya kebutuhan kasih sayang, keamanan, permainan dan ketenangan. Itulah sebabnya saat bersama anak, penuhi kebutuhan psikologis itu. Tanyakan kesulitan yang dihadapi serta apa keinginannya. Mungkin anak minta dilayani ini dan itu, termasuk mungkin minta dibelikan mainan. Penuhi harapannya sepanjang tidak terlalu memberatkan. Hal itu bukan berarti memanjakan anak, tetapi merupakan bentuk perhatian pada anak. Namun jika permintaannya memberatkan, tidak perlu dipenuhi karena kurang memberikan manfaat. Mungkin anak tidak menerima alasan itu, tetapi harus berikan pengertian hingga dia memahaminya. Akan lebih baik bila permintaannya itu digantikan dengan beda yang lain.
Saat gak ada kerjaan dikels, inilah yang aku lakuin sama temen hhihihii :p

Minggu, 06 November 2011

SpongeBob SquarePants Berbahaya bagi Balita Lifestyle + / Senin, 12 September 2011 12:39 WIB MENYAKSIKAN serial kartun SpongeBob SquarePants selama sembilan menit akan menyebabkan masalah belajar. Selain masalah belajar, akan mengganggu juga perhatian jangka pendek bagi balita berusia 4 tahun. Seperti dikutip dari Associated Press, penelitian sebelumnya telah mengaitkan menonton TV dengan masalah jangka panjang perhatian pada anak-anak. Namun ternyata menonton SpongeBob SquarePants menunjukkan adanya masalah bagi 60 anak yang diajak menonton kartun tersebut dan kartun yang lain seperti Caillou. Kartun dengan tokoh manusia menunjukkan juga adanya ganggguan yang setelah menonton. "Biasanya sekitar 22 menit sehingga menonton program penuh bisa lebih merugikan," ujar salah seorang peneliti. Hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati karena penelitian ini sangat kecil, namun data semakin menguat dan memperkuat gagasan bahwa eksposur media memengaruhi masalah kesehatan masyarakat, kata Dr Dimitri Christakis spesialis perkembangan anak di Rumah Sakit Anak Seattle yang menulis editorial jurnal Pediatrics. Sementara itu, salah seorang profesor psikologi University of Virginia Angeline Lillard mengatakan, "SpongeBob tidak harus dipilih. Saya menemukan masalah serupa pada anak-anak yang menonton lainnya cepat pemrograman kartun." Menurutnya, orang tua harus menyadari bahwa anak-anak muda dikompromikan dalam kemampuan mereka untuk belajar dan mengontrol diri segera setelah menonton acara tersebut. "Saya tidak menyarankan menonton acara tersebut dalam perjalanan ke sekolah atau setiap saat mereka diharapkan untuk memperhatikan dan belajar," katanya. Seiring dengan penemuan tersebut, juru bicara Nickelodeon David Bittler membantah dengan mengatakan,"SpongeBob SquarePantsmemang ditujukan untuk anak-anak usia 6-11 tahun dan bukan 4 tahun." (MI/RRN)